가라앉아 - Saat Pikiran Tenggelam dalam Lamunan


Saat seseorang mengalami banyak kekecewaan dalam hidupnya, tanda tanya selalu menjadi bagian hidupnya. Apakah yang dia lakukan saat ini sudah benar? Apakah benar saat ini dia memiliki banyak teman? Dan apakah perasaan yang dia rasakan tiap kali bersamanya itu adalah benar? ataukah ini semua hanya sekedar bom waktu yang pada akhirnya akan menghancurkannya kembali?

Kekecewaan yang dialamiku tak hanya berlangsung satu kali, semuanya silih berdatangan, seolah sampah yang tak henti bertumpuk. 

Perpisahan juga bagian dari nama tengahku, karena “semuanya”. Apapun yang ada disampingku, apapun yang merupakan milikku, mereka semua akan pergi. Entah mereka kabur, hilang, ataupun dijemput kematian.

Kehidupanku amat mengerinkan, bahkan akupun terkadang mempertanyakan arti kehidupanku? mengapa aku hidup dibarengi takdir yang penuh dengan penderitaan? bahkan yang tak adil adalah aku tak bisa memilih, kehidupan macam apa yang ingin kujalani. 

Keraguan rasanya sudah menjadi tamengku dalam menjalani kehidupan. Rasanya ketika aku meragukan banyak hal kesialan perlahan menjauhiku, meski secara tak sadar pula keraguan telah menjauhkanku dari banyak hal. 

Penerimaan adalah keharusanku, disetiap kejadian yang telah kulalui, disetiap luka yang telah tergoreskan, yang harus kulakukan adalah menerimanya. Katanya agar aku bisa menjalani hidupku dengan tenang didukung kalimat “yang sudah terjadi biarlah terjadi.”. Namun, hal penting yang mereka tidak ketahui adalah, semakin aku menerima semua ini, mengapa aku malah semakin membenci diriku sendiri?

Apakah aku setidak pantas itu untuk bahagia? Apakah aku setidak pantas itu untuk mendapat kesetiaan? Apakah aku setidak pantas itu untuk didengarkan? Apakah aku setidak pantas itu untuk diakui? Seolah kehidupanku taklah berarti. Sama sekali.

Dan kamu.

Mengapa kamu dengan percaya diri yang penuh datang dan mengatakan bahwa kamu bisa memperbaiki semua ini? Sedangkan, aku sendiri sang pemilik tak bisa memperbaiki apapun. 

Mengapa kamu dengan percaya dirinya bisa mengatakan bahwa kamu bisa mengembalikan bahagiaku, yang padahal aku saja sudah menyerah untuk mencsri kebahagiaan dalm hidup ini. 

Jika ini adalah sebuah kisah novel, mungkin ending mengenaskan sangat cocok untuk akhir kisahku.



 





Komentar