LITTTLE STORY
Pernah gak sih dulu kalo liat temen dapet piala kayak ngerasa, "omg! kok dia bisa sih?!" ngerasa kayak, he is a special one in school, ngeliat mereka anak futsal ngasih piala ke sekolah, ngeliat temen sekelasku menangg juara nyanyi. like... oh my.. gue belum bisa ngasih apa-apa buat sekolah, gue belum bisa dikenal disekolah cuma diem kan?
Hingga pada akhrnnya, i'll try to do something yang gak gue banget, can expect ketika seorang introvert menghadapii dunia luar, keluar dari zona nyaman. Demi memecahkan rasa penasaran ngeliat temen-temen bahkan adek kelas bisa ngasih piala ke sekolahh, sedangkan gue gak bisa. menyedihkan hiks..
Mulai lah saat itu gue coba masuk osis, dan menjadi diri gue yang baru, like.. hemm... apakah ini yang gue mau? ngeliat kakel osis yang keren-keren bikin gue semakin ngebet masuk organisasi inti ini. butuh waktu hampir 1 bulan untuk tau, gue keterima. dan well, akhirnnya gue keterima osis, dan i'll give my best.
masuk organisasi ini tuh makin hari bikin gue makin berkembang, pola pikir juga udah berubah tuh makin terbuka. Karena darisana gue kenal banyak orang dan nambah relasi.
Hingga disatu titik aku liat temenku bisa ngasih piala ke sekolah, dan gue liat proses dia dalam perlombaan itu. langsung terbesit dalam diri gue, "lah dia aja bisa ko gue ngga sih?"
Darisana gue coba untuk mencari pengalaman baru, gue ikut beberapa perlombaan, dan turut aktif juga kalo osis lagi ada acara di luar sekolah.
Sampailah gue dititik ingin merasa lebih dari ini. Gue pun memutuskan buat ikut duta genre saat itu, mencoba sesuatu yang sebenarnya bukan gue. Perlombaan ini intinya tentang personal branding, tentang pemahaman yang besar mengenai dunia luar, tentang kepeduliaan terhadap sekitar. Terlihat mudah pikir gue, toh sebelumnya temenku berhasil dikali pertama dia ikut ajang yang seperti ini. Tapi ternyata tidak semudah itu, ada hal lain yang dicari ajang tersebut. yaitu "bakat"
going to discuss
Semakin gue memikirkan segala hal yang gue lakuin dulu, dan alasan kenapa hal itu gue lakuin. Jawabannya satu "Pengalaman"
Saat dalam masa pencarian jati diri kita terbiasa mencari tahu, dan juga mencoba mengenai sesuatu yang tidak kita ketahui. Hal ini menjadi salah satu dorongan gue mencoba melakukan sesuatu yang sebenernya bukan gue banget atau dalam kata lain keluar dari zona nyaman bermodalkan "Percaya Diri"
Setelah mengalami kegagalan gue mulai memahami diri gue, tentang kelebihan dan kekurangan yang gue punya, yang dimana saat ini setelah gue renungkan dan simpulkan bahwa mencoba hal baru itu tidak ada salahnya. Keluar dari zona nyaman juga idak ada salahnya. Karena pada hakikatnya kita adalah seorang petualang dan dunia adalah medianya, fakta bahwa kita harus mencoba dan menjelajahi yang ada di dunia itu tidaklah salah.
Namun ada disini yang dinamakan "Bakat" dimana setiap manusia yang pada dasarnya memiliki bakat yang berbeda-beda. Apakah salah jika kita mencoba sesuatu dengan begitu keras namun pada akhirnya kita tidak cocok dengan sesuatu ini?
Tentu jawabannya adalah TIDAK APA. itulah indahnya dalam penjelajahan, mencari tahu banyak terlepas dari cocok atau tidaknya, setidaknya kita telah mencoba. Kegagalan kita dalam satu hal ini bisa dijadikan bahan intropeksi dan juga pelajaran dan memahami batasan kemampuan diri.
Seperti hal nya ketika teman kita mampu berbahasa inggris dengan fasih, tapi kita kesulitan mempelajari bahasa inggris, apakah itu artinya kita harus menyerah dan memilih tidak melakukan apa-apa? sedangkan di dunia ini masih ada 7.151 Bahasa, yang berarti kita masih memiliki 7.151 peluang memiliki kemampuan bahasa asing lain meski bukan bahasa Inggris.
Seperti hal nya ketika lulus sekolah, kita melihat teman kita memiliki rezeki lebih dan memilih untuk berkuliah. Sedangkan kita belum memiliki kesempatan. Apakah artinya kita hanya harus diam menunggu kesempatan ini datang sendiri? sedangkan di sisi lainnya kita memiliki kesempatan untuk mengimprove skill dengan mencoba bekerja atau mengikuti pelatihan, setidaknya pada saat temanmu lulus kuliah kamu memiliki peningkatan kemampuan lainnya, entah mungkin kamu sudah bisa bahasa arab, korea, atau mungkin khatam Al-Quran, atau mungkin kamu sudah bisa membuka usaha sendiri.
Yang dimana pada akhirnya kesuksesan itu di standari dari seberapa keras usaha kita dalam mewujudkanya, bukan hanya dengan melihat kesukesan orang lain. Memang tidak menjadi masalah kita mnejadikan orang lain rolemodel dalam menjalani hidup, tapi jangan dijadikan tolak ukur juga. Kemampuan kita dan orang lain saja sudah berbeda, bakat kita saja sudah berbeda dengan orang lain. Jangan malah jadi karena terlalu dijadikan standar kesuksesan, karena ketika kita tidak bisa mencapainya takutnya malah membuat kita terpuruk. maknya dari itu Batasan Kemampuan juga perlu dipahami.
Bagaimana cara kita mengetahui batasan diri? tentu jawabannya adalah dengan mencoba banyak hal, dan cari tau dimana kemampuan kita dan dimana kelemahan kita. Setelah memahami kedua hal itu kita akan memliki kemampuan untuk mengendalikan diri dan tidak mudah ke trigger dengan pencapaian orang lain, karena kita tahu diman kemampuan kita, kita tau dimana tempat kita. Semangat berproses! 화이티이야!!~
Komentar
Posting Komentar